SEJARAH SINGKAT SENI BATIK
Kamis, 30 Mei 2013
1
komentar
Berbagai pendapat para ahli dikemukakan mulai dari ahli dalam maupun luar negeri.Ada yang mengatakan batik di Indonesia itu mendapat pengaruh dari India bahkan jauh sebelum itu bersumber pada kebudayaan Mesir dan Persia.Ada juga yang berpendapat batik merupakan budaya asli bangsa Indonesia,jauh sebelum mendapat pengaruh dari India-Hindu,salah satunya adalah pendapat J.L Brandes,seorang peneliti dari Belanda.
Penelitian yang membuktikan kalau batik merupakan budaya asli bangsa Indonesia adalah adanya benih-benih teknik yang kemudian menjadi dasar cara membatik yaitu menutup bagian-bagian kain atau bahan lain yang tidak akan diberi warna.Ini tidak terbatas di daerah sekitar Jawa dan Madura saja,yang dianggap mendapat pengaruh Hindu,melainkan di daerah lainnya seperti Toraja,Flores,Halmahera bahkan Irian.
Contoh motif batik dari Irian (gambar di atas)
Demikian juga teknik pemberian warna dengan cara mencelup merupakan sesuatu yang telah lama dikenal,yang menggunakan bahan-bahan atau zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya tumbuh di kepulauan Indonesia seperti indigo,tarum dan nila.Nama kerajaan Tarumanegara pada abad 5 Masehi merupakan salah satu contoh petunjuk kita tentang adanya tumbuh-tumbuhan tersebut sejak jaman dahulu kala.Mengkudu(Morinda citrofolia) yang dipakai untuk mendapatkan warna merah adalah tumbuh-tumbuhan yang tidak terdapat di India.Kulit kayu-kayuan yang menghasilkan warna sawo atau lebih dikenal dengan soga (Pelthoporum ferrugineum Benth) berasal dari berbagai pulau,diantaranya Sulawesi.Lilin lebah sebagai bahan utama penutup dalam proses membatik berasal dari daerah Palembang,Sumbawa dan Timor yang terkenal sebagai pusat pemeliharaan lebah madu.Demikian juga damar mata kucing pencampur lilin datang berasal dari Kalimantan dan Sulawesi.Bukti lainnya yang membedakan jika di Indonesia proses pencelupan dalam pewarnaan merah dari mengkudu dengan air dingin,kalau di India proses pewarnaanya dengan cairan panas yang mendidih.Penggunaan alat membatik yang disebut dengan canting tidak terdapat di India Selatan,ini merupakan perbedaan yang besar antara seni batik Indonesia dengan kain-kain berwarna India.Canting lah yang merupakan salah satu sebab tingginya mutu seni batik,yang memperlihatkan keindahan corak yang sama antara sebelah luar dan sebelah dalam.Hal yang tidak dimiliki oleh kain-kain berwarna dari India yang menggunakan stempel atau pena kayu yang hanya memperlihatkan bagian luar saja.
Jika dilihat dari segi pola,hampir semua pola batik di Indonesia terinspirasi dari lingkungan sekitarnya seperti tanaman-tanaman dan binatang yang ada di Indonesia,walaupun dalam perkembanganya juga tidak menafikkan adanya pengaruh-pengaruh budaya asing.Sedangkan pola geometris memperlihatkan garis serta gaya yang dikenal di seluruh Nusantara.
Foto Abdi Dalem Kraton Jogakarta zaman dahulu
Pendapat lain mengenai asal-usul batik,adalah pendapat yang mengatakan bahwa seni batik itu asal mulanya dari kraton/istana,buah tangan putri-putri kraton dan para abdi(pelayan istana) wanita.Dalam perkembangannya pola-pola batik yang mengalami penghalusan yang mendalam,antara lain melibatkan kraton/istana di Jawa dan Madura memang berperan besar,namun janganlah menyepelekan peran rakyat/kawula di luar tembok kraton.Sumber-sumber penelitian para ahli terutama dari negara asing memang kebanyakan diambil dari seni batik di dalam lingkungan kraton.Hal ini bisa kita maklumi karena mereka juga merupakan duta-duta dari negara asing yang tentunya harus dihormati dan mendapat kesempatan luas untuk mempelajari seni batik kraton.Dan karena keterbatasan lingkungan pergaulan mereka sehingga membuat mereka kurang memperhatikan seni batik rakyat di luar tembok istana.Atau para pujangga yang menulis tentang seni batik tentunya hanya menuliskan hal-hal yang diketahuinya di dalam istana untuk menyenangkan hati rajanya.Bisa jadi para seniman batik di luar istana yang sudah ternama lalu dipanggil rajanya buat tinggal dan mengajarkan batik pada para puteri kraton dan abdi wanitanya.Kesimpulannya adalah pola-pola dan motif batik tidak hanya didominasi oleh kalangan istana saja namun rakyat di luar istana pun juga menciptakan pola dan motif batik yang tidak kalah indahnya.Hal ini bisa dilihat di kota Solo(Surakarta) berkembang dua pusat industri batik yang terkenal yang masing-masing mewakili corak atau karakter yang khas sejalan dengan latar belakang sejarahnya yang panjang.Yaitu daerah Kauman yang mewakili corak dan gaya batik kraton karena memang letak daerahnya yang dekat dengan kekuasaan.Dan daerah Laweyan yang mewakili corak atau gayabatik di luar kraton/rakyat,daerah ini konon dahulunya memang tidak mau tunduk pada aturan-aturan kraton,sehingga selalu menampilkan ciri yang berbeda dengan kraton.
Biasanya kraton mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat yang menjadi pedoman kerajaan,diantaranya dengan mengatur pemakaian corak atau motif-motif batik tertentu bagi rakyat,pegawai istana,raja dan keluarganya.Corak mana yang boleh dipakai dan mana yang tidak,harus benar-benar ditaati terutama di daerah Surakarta dan Yogyakarta.Peraturan ini semakin mempertegas hirarki kekuasaan dan status sosial,disamping untuk menjaga seni batik kraton agar tidak gampang ditiru di luar istana.
Namun itu tidak berlaku di daerah pesisir pantai utara Jawa seperti Pekalongan,Jepara dan lain-lain.Pola-pola yang dilarang dipakai di kraton Surakarta dan Yogyakarta,malah lazim dipakai oleh rakyat biasa.Mereka tidak terikat oleh aturan/larangan kraton,kehidupannya lebih bebas termasuk dalam menentukan pakaian yang pantas buat mereka.Tampak kehidupan sehari-harinya juga membatik yang merupakan pekerjaan sampingan di saat menunggu datangnya musim menanam padi.Jika datang saatnya untuk turun ke sawah,mereka akan menghentikan pekerjaannya membatik.Hasil-hasil kerajinan batik mereka diperdagangkan luas sampai ke pelosok negeri Nusantara.Penelitian tentang batik rakyat di daerah Trusmi,Cirebon oleh De Kat Angelino pada tahun 1930 telah mengantarkan kita pada suatu kesimpulan bahwa selama beratus-ratus tahun para pengobeng,nama yang diperuntukkan bagi para ibu-ibu pembatik,yang mencari nafkah dengan berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menjual hasil kerajinannya itu tentunya telah mendapat pengenalan dan pemahaman tentang seni membatik.Demikian juga dengan profesi mencelup biru(medel) atau coklat(nyoga) kebanyakan dikerjakan oleh rakyat biasa di luar kraton yang bahkan menjadi langganan kalangan keluarga istana.
Bahwa semata-mata seni batik itu merupakan buah tangan para puteri kraton juga tidak ada benarnya.Di daerah Cirebon dan Indramayu kaum laki-lakinya juga melakukan pekerjaan seni batik tulis halus.Hal yang sama juga dikerjakan oleh kaum laki-laki di Tembayat(Klaten,Jawa Tengah).
Rouffaer dalam bukunya mengenai batik antara lain menyebutkan sumber tertulis yang tertua berasal dari kerajaan Galuh pada tahun 1520 yang ditulis di daun lontar.Dari sumber ini dia menarik kesimpulan bahwa seni batik pada waktu itu dilakukan oleh pria dan mereka ini dinamakan pelukis,jadi bukan pembatik,sedangkan senbatiknya sendiri dinamakan tulis.
Sumber-sumber dari Jawa Timur pada tahun 1275 menyebutkan beberapa macam pola yaitu pola grinsing.
Kata batik atau membatik baru dengan jelas dipakai dalam Babad Sengkala pada tahun 1633 dan juga dalam Panji Jaya Lengkara pada tahun 1770.Sedangkan sumber yang lebih tua dari kerajaan Galuh yang ditulis di daun lontar itu memakai kata tulis dan lukis.Berdasarkan hal-hal semacam ini dengan melihat pola-pola kuno batik Cirebon yang menggambarkan taman-taman,gunung,dan binatang yang lebih realistis daripada pola-pola di daerah Jawa Tengah dan Timur,dapatlah ditarik kesimpulan bahwa seni batik mungkin berakar dari seni lukis,salah satu bentuk daya cipta penduduk Nusantara yang tertua dan yang sejak dahulu kala dikerjakan oleh para pria.
Kemungkinan sekali dengan masuknya pengaruh agama Islam di Pulau Jawa yang melarang pembuatan gambar-gambar makhluk hidup,para seniman terpaksa mencari jalan keluar untuk menghindari penggambaran secara realistis.Sehingga pola-polanya menjadi bersifat abstraktif.
Motif Batik Megamendung dari Cirebon
Mega,awan atau gunung dipakai untuk menyembunyikan makhluk hidup.Di daerah-daerah seperti di Surakarta dan Yogyakarta abstraksi terlihat pada motif-motif sayap.
Raden Ajeng Kartini dengan Suami dalam busana batik
Jadi seni lukis mencoba mempertahankan diri dengan cara bergabung dengan seni hiasan pakaian.Proses pemberian warna dengan pencelupan dan penutupan dipakai juga untuk memperoleh gambar-gambar yang dikehendaki.Tata warna yang sederhana,biru dan merah,yang telah dikenal oleh seni dekorasi bahan pakaian,kemudian disusul dengan warna-warna lain sawo matang dan kuning hijau.
Hubungan antara seni lukis Jawa dan seni batik dapat kita lihat dalam ilmu melukis wayang atau dikenal dengan sunggingan.
Lembaran-lembaran wayang beber,salah satu jenis wayang yang tertua,jika kita perhatikan di dalam lukisan wayangnya terdapat motif-motif yang juga ada dalam seni batik.
Gambar di atas adalah lukisan pada wayang beber
Seni lukis yang mirip dengan ini masih kita jumpai di pulau Bali,yang terkenal adalah di daerah Klungkung,dalam bentuk ider-ider atau langse,yaitu kain-kain bergambar penghias dinding.Hubungan seni lukis Jawa dan batik ditunjukkan oleh adanya persamaan beberapa istilah dan pemakaian bahan pewarna seperti indigo(nila) dan kunir.
Walaupun jumlahnya makin berkurang,tapi masih ada juga ahli seni lukis Jawa yang merangkap profesi sebagai pembuat pola-pola batik,juru sungging bahkan juga sebagai ahli gamelan.Hubungan yang erat antara seni batik,lukis jawa,wayang dan gamelan bisa kita mengerti karena masing-masing seni itu saling menopang sejak jaman dahulu.
Motif Batik Srikaton,nama yang sama dengan salah satu nama gendhing Jawa.
Sehingga tidaklah mengherankan kalau ada juga nama-nama pola batik yang dipakai untuk nama gendhing-gendhing gamelan,misalnya Pisan Bali,Udan Liris,Kawung,Cemungkirang,Limar,Pande Lori,Srikaton,dan lain-lain.
Peragaan Busana di Luar Negeri dengan Busana Batik
Dengan bergabungnya seni lukis dengan seni dekorasi pakaian,tumbuhlah seni batik yang kita kenal dewasa ini.Kalau dahulu seni lukis berada di tangan pria,maka dengan pertemuan itu menjadi seni yang masuk dalam rumah tangga dan berpindah ke tangan wanita.Dalam perkembangannya,setelah masuknya kain putih(mori) yang didatangkan dari Eropa maka seni batik mengalami penghalusan yang mencapai puncaknya.Kehalusan bahan dasar memungkinkan si pembatik membuat pola-pola dan gambar-gambar yang makin indah,canting begerak dengan lancar tanpa menemui halangan tidak seperti pada kain tenunan yang kasar.
Batik telah mendapatkan pengakuan dari Dunia Internasional
Dalam abad ke-19 muncul persaingan antara batik tulis dengan cap,suatu cara meletakkan lilin di atas kain tidak dengan alat canting melainkan dengan alat cap yang terbuat dari tembaga.Sebenarnya teknik pemakaian dengan alat cap tidak dapat digolongkan ke dalam seni batik.Oleh karena pertimbangan ekonomis dan hasrat mencari uang dengan cepat yang mendesak seni batik halus,sehingga pembuatan batik tulis hanya terbatas pada mereka yang mampu atau yang membatik sebagai pengisi waktu.
Batik telah diakui oleh UNESCO sebagai Kekayaan Budaya Adiluhung dari Indonesia
Suatu teknik modern diperkenalkan dalam pemakaian pewarna kimia yang didatangkan dari luar negeri yang ternyata lebih mudah dalam pemakaiannya juga lebih variatif warnanya,yang mendesak pemakaian zat pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.Hal ini terjadi sampai dengan pecahnya perang Dunia II.
Tidak Hanya Batik,Kain Tenun buatan Indonesia juga dipakai dalam peragaan busana di Luar Negeri.
Kain Tenun dalam Peragaan Busana
Pada jaman pendudukan Jepang,dikarenakan sukarnya mendapatkan bahan dasar kain putih(mori),maka untuk mencegah pengangguran besar-besaran,perusahaan-perusahaan batik mengalihkan ke dalam pola-pola yang sulit,penuh dengan garis-garis,titik-titik,dan pemberian warna yang berlebihan.Pengaruh asing dengan pola-pola khas mereka tetap dilanjutkan,terutama oleh para pembatik di pesisir pantai utara Pulau Jawa,terutama di daerah Pekalongan,sebagai pusat pembatikan.
Hasil-hasil batik di daerah ini terkenal sebagai batik ‘Jawa Baru‘ atau ‘Jawa Hookokai‘.Nama yang dipakai sesuai dengan situasi waktu di jaman pendudukan Jepang,sehingga tidaklah aneh didapatkan pola-pola baru seperti bunga khas Jepang,yaitu bunga seruni.
Disayangkan perkembangan seni batik menjadi berhenti sesaat pada saat pecahnya perang kemerdekaan dari tahun 1945-1950.Namun sesudah tahun 1950,industri batik tumbuh kembali,ada yang berdiri sendiri,ada juga yang bergabung dalam koperasi-koperasi batik.
Batik dewasa ini telah menjadi bisnis atau industri.Kebutuhan akan batik sudah jauh meningkat,dimana kalau dahulu batik digunakan dalam beberapa macam pakaian adat seperti berupa kain panjang,sarung,kemben,selendang dan dodot,namun sekarang ini batik kegunaannya menjadi bermacam-macam mulai dari alas tempat tidur sampai dengan alas meja dan kemeja.Disamping itu seni batik mengalami semacam ‘demokratisasi‘ mengenai pemakaian polanya,setiap orang bebas memakai pola-pola yang disukainya tanpa larangan yang ketat,pengecualian di dalam lingkungan tembok kraton/istana di Jawa Tengah.Kebutuhan akan permintaan batik yang sangat besar ini mendorong industri-industri batik berusaha memenuhi permintaan masyarakat dengan menghasilkan batik secara cepat dan murah.
Akibat dari berkembangnya perusahaan batik sekarang ini,membuat berkurangnya pembuatan batik tulis halus.Untuk memenuhi kebutuhan pasar,terkadang mengabaikan mutu/kualitas motif dan pola batik.Pola-pola yang dibuat lebih banyak menuruti selera pasar,seperti pola baru dengan warna-warna yang menyolok.Sehingga batik tulis halus sekarang ini hanya dibuat oleh mereka yang mampu dan mempunyai banyak waktu luang.Pembatik-pembatik menjadi kehilangan daya ciptanya,karena selalu harus memenuhi keinginan para pengusaha batik,sesuatu hal yang sangat disayangkan.Hal yang sangat ditakutkan kalau kekayaan pola dan motif seni batik tradisional mengalami kemunduran bahkan menjadi punah.Semoga tidak menjadi kenyataan,maka perlu adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat luas khususnya pemerhati budaya batik untuk selalu memelihara kekayaan seni batik sebagai budaya nasional bangsa Indonesia.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: SEJARAH SINGKAT SENI BATIK
Ditulis oleh KAK DOTO
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://batikjoss.blogspot.com/2013/05/sejarah-singkat-seni-batik.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh KAK DOTO
Rating Blog 5 dari 5
1 komentar:
matur nuwun infonya mas...
Posting Komentar